'/>
Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Ketika Emisi diperdagangkan



Hingga siang hujan terus mengguyur desa-desa di pinggiran Taman Nasional Lore Lindu(TNLL)itu.Mulai sejak subuh.Tak terlalu deras dan tak juga bisa dibilang gerimis.Memang cuaca di Kecamatan Lore Utara dan Lore Piore Kabupaten Poso ini curah hujannya cukup tinggi.Entahlah,mungkin itu juga yang membuat banyak orang mengatakan kalau kawasan tersebut adalah sama dengan wilayah Bogor di jawa Barat.
            Sejak pagi pula,beberapa warga desa Wanga kecamatan Lore Piore sudah bersiap-siap di rumahnya untuk berangkat menuju rumah kepala desanya.Di rumahnya ,Victor Palante selaku kepala desa tealah siap menyambut warganay dengan senang hati.Pertemuan didominasi perempuan itu difasilitasi oleh kelompok kerja (POKJA) Pantau program Reducing Emission Deforestation and Degredation (REDD) atau program pengurangan pelepasan emisi karbon melalui pencegahan perubahan fungsi kawasan hutan dan penurunan kwalitas hutan di Sulteng.
            Awalnya para warga menerka-nerka,apa yang hendak dibicarakan dalam pertemuan tersebut.Mererka sangat buta pertemuan tersebut.Mereka sangat buta informasi tentang rencana Implmentasi program REDD.Maklum,informasi itu masih berkutat ditingkay elit pemerintahan negeri ini.Sebab media massapun,masih kurang mengulas rencana globalitu.
            Situasi perlahan-lahan mulai hidup.Beberapa warga memberanikan diri untuk bertanya,setelah membaca   lembaran-lembaran catatan ringan tentang program REDD,yang sengaja dibagikan oleh Fasilitator.
            Mereka sedikit paham,sebab sudah membaca.Dalam pertanyaan,menandakan bahwa mereka sangat buta informasi tentang REDD,dan bahkan ada keraguan-keraguan dibalik pertanyaan mereka .”kata Muslimun salah seorang fasilitator dari Pokja Pantau REDD Sulteng.
            Diskusi kampong itu menaglir secara alamiah,hingga muncullah kegelisahan –kegelisahan kecil dari warga,Mereka tak tak mau diganggu wilyah kelolanya (hutan),merek kwatir beralih propesi menjadi apa,jika tak lagi masuk hutan.Dan apapula yang bisa mereka terima jika program REDD dijalankan di wilayahnya.
            Sedikit banyak,Muslimun merekam beberapa harapan-harapan para warga.jika nantinya meraka(warga) dibatasi masuk dalam hutan,maka merka cari alternative penemuan ekonomi di sektor lain.Adaka jaminan keberlangsungan hidup mereka jika terlepas dari hubungannya secara langsung denagn hutan? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu,terus udara,lantas, bagimana dengan Indonesia? Sudah siapkah kita masuk dalam skema tersebut. Awal pekan lalu,media ini tak sengaja bertemu peneliti asal Norwegia, yang kebetulan berkunjung memantau persiapan implementasi REDD di Indonesia, khususnya di sulteng. Signe howell namanya.ia adalah peneliti asal universitas Oslo, yang memang konsentrasi memantau perkembagan REDD secara makro, menurutnya, Indonesia salah satu Negara di asia tengara yang telah siap menjalakan skema REDD pada tahun 2012 nanti. ‘’indonesia is the one country in south asia was ready to implemented REDD, ‘’ katanya. Peryataannya itu didasari dengan fakta fakta langsung dengan hutan? Pertanyaan-pertanyaan semacam it uterus menggeranyangi benak muslimun, setelah berapa hari meningalkan kampong di pingir TNI-L itu. Tak sedikit terharu saat mendengar tutur-tutur warga perempuan yang mengaku kalau hidup mereka sangat tergantung dengan hutan. Kegelisaan muslimun, sama dengan sejumlah rekan-rekannya yang melakukan lokalkarya kampung di berapa di wilayah yang rencananya akan dijadikan daera percontohan implementasi program REDD di sulteng, ia juga telah mendengar pengakuan dari masyarakat, kalau perubahan iklim telah diresakan oleh masyarakat di desa tersebut, kata dia, masyarakat tak bisa memastikan musim tanam mereka.terkadang kalau biasanya musim panas, berganti dengan turunnya hujan yang tak terduga. Akibatnya, masyarakat banyak mengalami kerugian jika panen tak tepat waktu. Imlementasi REDD 2012, bagaimana dengan sulteng? Meski belum menemui kesepakatan secara internasional, skema REDD akan diimplementasikan tanpah tawar-menawar. Skenario global dari Negara-negara maju itu telah menjatukan vonis kalau deforestasi dan degradasi hutan yang paling banyak menyumbang pelepasan emisi gas ruma kaca ke United Nation development Programme.
Sumber : Media Alkhairaat

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda