Hingga siang hujan terus mengguyur
desa-desa di pinggiran Taman Nasional Lore Lindu(TNLL)itu.Mulai sejak subuh.Tak
terlalu deras dan tak juga bisa dibilang gerimis.Memang cuaca di Kecamatan Lore
Utara dan Lore Piore Kabupaten Poso ini curah hujannya cukup
tinggi.Entahlah,mungkin itu juga yang membuat banyak orang mengatakan kalau
kawasan tersebut adalah sama dengan wilayah Bogor di jawa Barat.
Awalnya para
warga menerka-nerka,apa yang hendak dibicarakan dalam pertemuan
tersebut.Mererka sangat buta pertemuan tersebut.Mereka sangat buta informasi
tentang rencana Implmentasi program REDD.Maklum,informasi itu masih berkutat
ditingkay elit pemerintahan negeri ini.Sebab media massapun,masih kurang
mengulas rencana globalitu.
Situasi
perlahan-lahan mulai hidup.Beberapa warga memberanikan diri untuk
bertanya,setelah membaca lembaran-lembaran
catatan ringan tentang program REDD,yang sengaja dibagikan oleh Fasilitator.
Mereka
sedikit paham,sebab sudah membaca.Dalam pertanyaan,menandakan bahwa mereka
sangat buta informasi tentang REDD,dan bahkan ada keraguan-keraguan dibalik
pertanyaan mereka .”kata Muslimun salah seorang fasilitator dari Pokja Pantau
REDD Sulteng.
Diskusi
kampong itu menaglir secara alamiah,hingga muncullah kegelisahan –kegelisahan
kecil dari warga,Mereka tak tak mau diganggu wilyah kelolanya (hutan),merek
kwatir beralih propesi menjadi apa,jika tak lagi masuk hutan.Dan apapula yang
bisa mereka terima jika program REDD dijalankan di wilayahnya.
Sedikit
banyak,Muslimun merekam beberapa harapan-harapan para warga.jika nantinya
meraka(warga) dibatasi masuk dalam hutan,maka merka cari alternative penemuan
ekonomi di sektor lain.Adaka jaminan keberlangsungan hidup mereka jika terlepas
dari hubungannya secara langsung denagn hutan? Pertanyaan-pertanyaan semacam
itu,terus udara,lantas, bagimana dengan Indonesia? Sudah siapkah kita masuk
dalam skema tersebut. Awal pekan lalu,media ini tak sengaja bertemu peneliti
asal Norwegia, yang kebetulan berkunjung memantau persiapan implementasi REDD
di Indonesia, khususnya di sulteng. Signe howell namanya.ia adalah peneliti
asal universitas Oslo, yang memang konsentrasi memantau perkembagan REDD secara
makro, menurutnya, Indonesia salah satu Negara di asia tengara yang telah siap
menjalakan skema REDD pada tahun 2012 nanti. ‘’indonesia is the one country in
south asia was ready to implemented REDD, ‘’ katanya. Peryataannya itu didasari
dengan fakta fakta langsung dengan hutan? Pertanyaan-pertanyaan semacam it
uterus menggeranyangi benak muslimun, setelah berapa hari meningalkan kampong
di pingir TNI-L itu. Tak sedikit terharu saat mendengar tutur-tutur warga
perempuan yang mengaku kalau hidup mereka sangat tergantung dengan hutan.
Kegelisaan muslimun, sama dengan sejumlah rekan-rekannya yang melakukan
lokalkarya kampung di berapa di wilayah yang rencananya akan dijadikan daera
percontohan implementasi program REDD di sulteng, ia juga telah mendengar
pengakuan dari masyarakat, kalau perubahan iklim telah diresakan oleh
masyarakat di desa tersebut, kata dia, masyarakat tak bisa memastikan musim
tanam mereka.terkadang kalau biasanya musim panas, berganti dengan turunnya hujan
yang tak terduga. Akibatnya, masyarakat banyak mengalami kerugian jika panen
tak tepat waktu. Imlementasi REDD 2012, bagaimana dengan sulteng? Meski belum
menemui kesepakatan secara internasional, skema REDD akan diimplementasikan
tanpah tawar-menawar. Skenario global dari Negara-negara maju itu telah
menjatukan vonis kalau deforestasi dan degradasi hutan yang paling banyak
menyumbang pelepasan emisi gas ruma kaca ke United Nation development
Programme.
Sumber : Media Alkhairaat
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda