Walikota Makasar bakal mempresentasikan konsep mitigasi dan rencana
tata ruang wilayah (RTRW) pada COP 15 UNFCCC di Kopenhagen. Makasar
salah satu pesisir terbesar di dunia yang rentan terhadap perubahan
iklim, terpilih menjadi kasus yang dipresentasikan. Kegiatan ini
difasilitasi Kementerian Iklim bekerja sama dengan Dewan Teknologi dan
Kebudayaan Denmark. Kabarnya, hutan pesisir mulai dilirik negara
industri sebagai kawasan yang mampu menyimpan karbon.
Pesisir Makasar memiliki keanekaragaman hayati yang dapat memberi
keuntungan timbal balik bagi kehidupan manusia. Sebelum reklamasi Pantai
Losari, wilayah pesisir Makasar memiliki vegetasi bakau,
rumput laut,
fauna, biota, dan keindahan alam yang dimanfaatkan masyarakat memenuhi
kebutuhan hidup sehari-hari, hingga berwisata alam. Paska reklamasi,
manfaat bakau tak lagi mereka rasakan.
Hutan bakau memiliki arti penting bagi nelayan tradisional dan
masyarakat yang tinggal di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil. Tak
hanya menyelamatkan kehidupan mereka dari ancaman abrasi pesisir pantai,
kawasan bakau juga memberi kontribusi ekonomi bagi mereka. Ikan, udang,
kepiting, dan organisme lainnya menempatkan kawasan bakau sebagai
daerah asuhan (nursery ground), daerah untuk bertelur (spawning ground),
dan daerah untuk mencari makan (feeding ground). Hal tersebut
menunjukan tingkat ketergantungan yang sangat tinggi bagi biota perairan
tersebut. Kini, luasan bakau Indonesia hanya tersisa 1,9 juta hektar
dengan kondisi yang teramat kritis.
Makasar merupakan contoh buruk pengurusan wilayah pesisir dan hutan
bakaunya, Reklamasi Pantai Losari berdampak pada hancurnya fisik
perairan pantai, ekosistem pesisir, dan sumber-sumber penghidupan
sosial-ekonomi masyarakat. Akibat reklamasi Pantai Losari, Makasar,
misalnya, pendapatan masyarakat nelayan dan pedagang tradisional anjlok
hingga 60% hingga 80% per bulan.
Empat proyek reklamasi pantai di Padang, Sumatera Barat, Pantai
Utara Jakarta, pesisir Makassar, Sulawesi Selatan dan Manado di Sulawesi
Utara membuktikan proyek reklamasi adalah perusak ekosistem pesisir.
Sekitar 5 ribu ha hutan bakau, lamun, maupun terumbu karang musnah
akibat reklamasi. Kini, lebih 10 proyek reklamasi pantai secara masif
dilakukan di seluruh Indonesia.
Perusak lainnya adalah ekspansi industri pertambakan udang sepanjang
pesisir. Akibat ekspansi industri pertambakan, 60% lahan produktif
budidaya ikan dan udang dikuasai korporasi. Ironisnya, 90% produksi
udang nasional justru diekspor ke Amerika Serikat, Eropa, danJepang.
Akhirnya, akibat reklamasi pantai dan industri pertambakan, luashutan
bakau Indonesia terus menyusut, dari 4,25 juta tahun 1982 menjadi kurang
1,9 juta hektar. Kondisi ini kian memburuk seiring investasi merusak
yang memakai dana hutang luar negeri (ADB dan Bank Dunia).
Kawasan hutan pesisir disebut mampu menyerap karbondioksida, kawasan
hutan gambut pesisir kabarnya mampu menyerap sebesar 75,4 juta ton atau
setara dengan 1,5 juta emisi mobil. Penelitian terbaru Universitas Ohio,
Columbus, di Olentangy River Wetland Research Park, Ohio menambahkan,
lahan gambut kawasan pesisir mampu menyerap karbon sekitar 300 sampai
dengan 700 miliar ton karbon.
Inilah yang membuat hutan pesisir mulai dilirik sebagai objek
perdagangan karbon, tersambung dengan isu REDD. Apalagi isu REDD atau
Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation sudah ramai
dibahas di ruang perundingan UNFCCC.
Walikota Makasar mesti cermat dan belajar dari kesalahan pengurusan
kawasan pesisir Indonesia dan reklamasi Pantai Losari. Perdagangan emisi
karbon akan beresiko menyingkirkan hak-hak nelayan tradisional dan
masyarakat wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
Penyelamatan bakau tugas kemanusiaan, bukan semata mempreroleh dana mitigasi yang berujung memiskinkan warga.
Kontak media:
Di Copenhagen : Giorgio B hp +45 608 31 329, Siti Maemunah hp +45 504 99 567, Teguh Surya +45 269 94 305, Halim hp +45 505 97 824
Di Jakarta : Berry Nahdian Furqon : hp + 62 8125110979, Riza Damanik hp 0818773515
Di Copenhagen : Giorgio B hp +45 608 31 329, Siti Maemunah hp +45 504 99 567, Teguh Surya +45 269 94 305, Halim hp +45 505 97 824
Di Jakarta : Berry Nahdian Furqon : hp + 62 8125110979, Riza Damanik hp 0818773515
0 komentar:
Posting Komentar
Komentar Anda