'/>
Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Pasoso, Benteng Terakhir Penyu Hijau di Jantung Sulawesi


Siapa yang tidak kenal Penyu  Hijau? Dalam bahasa  latinnya penyu hijau ini  di sebut  Chelonia mydas.  Penyu  hijau ini dilindungi lantaran makin punah. Penyu ini diburu karena telur, daging dan sisiknya.D i  Sulawesi Tengah, penyu ini punya benteng terakhir, Pulau Pasoso namanya. Dan di sana ada seorang lelaki yg setia menjaga benteng terakhir itu. Ahmad, namanya. Luas Pulau pasoso hanya 63 hektar. Di pulau ini banyak hole atau lengkung pantai yang dijadikan tempat pendaratan penyu hijau untuk bertelur. Namun ketika Kartini berkunjung ke sana, musim bertelur belumlah tiba. Meski begitu Penyu-penyu nan elok itu sesekali menyembulkan kepalanya muncul ke permukaan laut dangkal.
Penyu laut adalah hewan yang menghabiskan hampir seluruh hidupnya di bawah permukaan laut. Jika musim bertelur induk-induk betina penyu hijau ini melakukan pendaratan untuk meletakan telur-telurnya dan menguburnya di dalam pasir. Seekor Induk betina dapat melepaskan telur-telurnya sebanyak 60 sampai  150 butir, dan secara alami tanpa adanya perburuan oleh manusia dan predator lainnya seperti  tikus, ular, burung dan, hanya sekitar 11 ekor anak yang berhasil sampai kelaut kembali untuk berenang bebas untuk tumbuh dewasa. Dari 1.000 anak penyu atau tukik yang lahir, rata-rata hanya satu yang bisa hidup sampai dewasa. Beberapa peneliti pernah melaporkan bahwa presentase penetasan telur hewan ini secara alami hanya sekitar 50 persen

Perburuan penyu hijau di Pulau Pasoso dimulai sejak 80-an. Sungguh mengkhawatirkan. Populasi hewan laut dilindungi ini terus menurun, penyebabnya karena bom ikan, potas dan terjaring pukat nelayan lokal atau nelayan dari daerah lain yang bermigrasi melakukan perburuan penyu hijau.
Beruntung, di sana ada keluarga Pak Ahmad menetap menjaga kawasan ini. Juga berusaha menangkarkan satwa langka ini dan melindunginya dari perburuan.
Meski begitu, hampir saja populasi penyu hijau di kawasan itu punah. Pak Ahmad sendiri susah jika menjaga seluruh kawasan pulau yang meski tidak terlalu luas tapi tetap saja membutuhkan waktu untuk mengitarinya. Karena itu Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah kemudian melakukan rencana aksi pengawasan dan pelestariannya pada tahun 2003 itu,” jelas Munir dari Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah.
Selama 4 tahun Dinas Kelautan dibantu Pak Ahmad melakukan konservasi  di  Pulau Pasoso dan pulau-pulau kecil lainnya sebagai daerah penyanggah.
“Setelah kami nilai populasi penyu hijau kembali bertumbuh, program ini kemudian selesai. Tapi kami berharap, ini akan bisa dilanjutkan lagi. Mengingat ancaman bagi satwa laut yang dilindungi itu belum berhenti,” aku Munir.
Ketika itu, basanya, jika tertangkap nelayan lokal penyu-penyu itu dijual di pasaran lokal. Salah seorang warga pesisir Pantai Barat, Mohamad Nasrun,  mengaku pernah menkonsumsi daging penyu dan telurnya. menurutnya nelayan yang hendak mencuri penyu berkedok sebagai penangkap atau pemancing ikan. Padahal mereka biasanya membom habitat penyu agar mudah ditangkap.
“Dulu harga penyu dilindungi itu harganya cukup murah sebutir telur hanya dihargai 100 rupiah, sementara dagingnya sekilo dijual  seribu hingga 2000 rupiah. Sejak kecil saya sudah makan daging penyu. Rasanya enak sekali,” aku Nasrun.
Namun kini hewan nan  cantik ini semakin langka, lewat pasar gelap bisa saja harganya melambung tinggi.
13763519692076337703

PULAU PASOSO
Pulau Pasoso terletak di Kecamatan Balaesang, Pantai Barat, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah. Untuk sampai di pulau tersebut butuh dua jam perjalanan dari Palu menuju pelabuhan Mapaga di desa Labean. Kemudian perjalanan dilanjutkan lagi menggunakan kapal motor  dengan jarak tempuh 3 jam perjalanan laut dari pelabuhan Mapaga menuju pulau Pasoso.  Pelabuhan mapaga ini merupakan tempat berlabuhnya kapal-kapal kecil yang mengantar para penumpang menyeberang pulau-pulau kecil di kawasan pesisir pantai barat.
Selama perjalanan menuju pasoso, beberapa pulau-pulau kecil dilalui. Nah diwilayah perairan ini terumbu karang sudah rusak akibat maraknya illegal fishing yang selain mematikan ikan, juga mematikan penyu dan anak-anak penyu juga merusak habitatnya.
“Setiap waktu kita melakukan patroli di kawasan ini. Kita banyak menangkap para pelaku illegal fishing. Biasa mereka membom atau meracun ikan dengan racun potas. Sekarang, Alhamdulillah makin berkurang. Mereka mulai sadar, jika itu akan berpengaruh pada hasil tangkapan mereka,” sebut Agus, staf Dinas Kelautan yang selama ini aktif mengawasi kawasan perairan laut di Pantai Barat dan kawasan konservasi laut Pasoso.

Pulau ini, selain menawarkan tempat penyelaman, juga menawarkan keelokan panoramanya Kita bisa menyaksikan matahari terbit dan terbenam tanpa perlu beranjak ke titik lain di kawasan itu.
Pantainya berpasir putih. Bukitnya menghijau dengan nyiur dan tanaman-tamanan laut lainnya. Lautnya bening hingga kita bisa memandang dasarnya sejauh 5 meteran. Sungguh indah.
Untuk bisa menyaksikan keindahan seluruh pulau, kita bisa meminta tolong nelayan setempat mengantarkan kita berkeliling dengan perahu motor mereka. Kita cukup mengganti uang solarnya seharga Rp200 ribu sekali jalan. Jika ingin snorkeling atau diving, kita harus menyiapkan alat-alat kita sendiri.


sumber: wisata.kompasiana.com

0 komentar:

Posting Komentar

Komentar Anda