Peluh bercucuran membasahi badannya dan dengan nafas yang sedikit
terengah-engah ketika ulfa (32) tiba dihalaman rumah ilham, rumah yang
biasanya ulfa dan kawan-kawannya belajar keaksaraan, namun betapa
senangnya dia ketika mengetahui bahwa proses belajar hari itu baru akan
dimulai, seakan tak merasakan kelelahan setelah berjalan cukup jauh
menuruni perbukitan dimana dia sehari-harinya tinggal asalkan bisa
mendapatkan pengetahuan meskipun hanya pengetahuan dasar membaca dan
menulis.
Ulfa adalah salah satu dari sekian banyak masyarakat di Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis, dan pada umumnya mereka berada di wilayah pegunungan yang hampir tak disentuh pendidikan atau pelayanan hak dasar lainnya dari pemerintah daerah, yang meskipun itu adalah hak dasar warga Negara Indonesia tak terkecuali orang seperti Ulfa sekalipun.
Kesan pembiaran terhadap masyarakat di Salurimbu maupun di wilayah lain yang berada di kawasan pegunungan di kabupaten donggala utamanya di wilayah banawa adalah hal yang menjadi kesimpulan beberapa masyarakat di wilayah tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Indri (34) warga desa ongulara yang juga berada dikawasan pegunungan banawa, menurut indri, pemerintah cenderung tidak memperhatikan masyarakat diwilayah tersebut karena wilayah mereka yang relative jauh dari jangkauan pemerintah sehingga akses untuk mendapatkan pelayanan public sangat jarang dirasakan, “ pendidikan, kesehatan, serta pelayanan lainnya sangtlah jarang kami dapati, namun kami tetap berharap pemerintah bisa memerhatikan kami, masyarakat yang berada di kawasan pegunungan “, harap indri.
Ilham (35) selaku warga yang menjadi guru keaksaraan di dusun salurimbu mengatakan bahwa masyarakat yang mendiami wilayah pegunungan hampir semua tidak bisa baca dan tulis, sehingga membuat masyarakat wilayah tersebut sering menutup diri dari masyarakat yang berada diluar komunitasnya, “ saya hanya berharap jika program pemerintah ataupun program dari mana saja yang berhubungan dengan keaksaraan fungsional dapat bisa membantu masyarakat disini”, ujar Ilham.
Hal senada juga diungkapkan oleh Aco (44) Kepala Dusun Salurimbu, bahkan Aco sangat berterima kasih kepada Yayasan Bonebula yang sudah memfasilitasi warganya untuk dapat melakukan proses belajar meskipun dengan fasilitas yang seadanya, “ ini semua berkat yayasan bonebula yang sudah menjadi jembatan antara kami disini dengan pemerintah daerah, sehingga program ini bisa berjalan meskipun belum semua warga yang masih buta aksara terlayani “, tambah Aco.
Aco juga menambahkan akan siap membantu proses keaksaraan fungsional di dusunnya demi kelancaran dan maksimalisasi kegiatan tersebut, “ saya siap membantu, apa yang bisa saya bantu akan saya bantu, karena saya akan senang kalau tidak ada lagi wargaku yang buta aksara “ tambah aco menawarkan.
Saat ini pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Pengajaran lewat program Pendidikan Luar Sekolah yang salah satunya adalah Program KF (keaksaraan Fungsional) dan fasilitasi oleh yayasan bone bula setidaknya sedikit menjawab keluhan masyarakat dalam pemberantasan buta aksara diwilayah tersebut, dan berharap Ulfa serta masyarakat yang lain dapat merasakan manfaat dari melek aksara, seperti yang diungkapkan ulfa disela-sela proses belajarnya “ Sekarang ini kami sudah bisa baca dan tulis walaupun cuma dasarnya saja, tapi setidaknya kami tidak bisa dibohongi lagi dengan tulisan”, kata Ulfa gembira, namun ulfa juga berharap program ini bisa membantu mereka tidak hanya untuk baca tulis saja namun sampai pada jenjang pengetahuan lainnya. (Ningsih Bonebula)
(Sumber : www.dwibonebula.blogspot.com)
Ulfa adalah salah satu dari sekian banyak masyarakat di Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten Donggala yang tidak memiliki kemampuan membaca dan menulis, dan pada umumnya mereka berada di wilayah pegunungan yang hampir tak disentuh pendidikan atau pelayanan hak dasar lainnya dari pemerintah daerah, yang meskipun itu adalah hak dasar warga Negara Indonesia tak terkecuali orang seperti Ulfa sekalipun.
Kesan pembiaran terhadap masyarakat di Salurimbu maupun di wilayah lain yang berada di kawasan pegunungan di kabupaten donggala utamanya di wilayah banawa adalah hal yang menjadi kesimpulan beberapa masyarakat di wilayah tersebut, seperti yang diungkapkan oleh Indri (34) warga desa ongulara yang juga berada dikawasan pegunungan banawa, menurut indri, pemerintah cenderung tidak memperhatikan masyarakat diwilayah tersebut karena wilayah mereka yang relative jauh dari jangkauan pemerintah sehingga akses untuk mendapatkan pelayanan public sangat jarang dirasakan, “ pendidikan, kesehatan, serta pelayanan lainnya sangtlah jarang kami dapati, namun kami tetap berharap pemerintah bisa memerhatikan kami, masyarakat yang berada di kawasan pegunungan “, harap indri.
Ilham (35) selaku warga yang menjadi guru keaksaraan di dusun salurimbu mengatakan bahwa masyarakat yang mendiami wilayah pegunungan hampir semua tidak bisa baca dan tulis, sehingga membuat masyarakat wilayah tersebut sering menutup diri dari masyarakat yang berada diluar komunitasnya, “ saya hanya berharap jika program pemerintah ataupun program dari mana saja yang berhubungan dengan keaksaraan fungsional dapat bisa membantu masyarakat disini”, ujar Ilham.
Hal senada juga diungkapkan oleh Aco (44) Kepala Dusun Salurimbu, bahkan Aco sangat berterima kasih kepada Yayasan Bonebula yang sudah memfasilitasi warganya untuk dapat melakukan proses belajar meskipun dengan fasilitas yang seadanya, “ ini semua berkat yayasan bonebula yang sudah menjadi jembatan antara kami disini dengan pemerintah daerah, sehingga program ini bisa berjalan meskipun belum semua warga yang masih buta aksara terlayani “, tambah Aco.
Aco juga menambahkan akan siap membantu proses keaksaraan fungsional di dusunnya demi kelancaran dan maksimalisasi kegiatan tersebut, “ saya siap membantu, apa yang bisa saya bantu akan saya bantu, karena saya akan senang kalau tidak ada lagi wargaku yang buta aksara “ tambah aco menawarkan.
Saat ini pemerintah melalui Dinas Pendidikan dan Pengajaran lewat program Pendidikan Luar Sekolah yang salah satunya adalah Program KF (keaksaraan Fungsional) dan fasilitasi oleh yayasan bone bula setidaknya sedikit menjawab keluhan masyarakat dalam pemberantasan buta aksara diwilayah tersebut, dan berharap Ulfa serta masyarakat yang lain dapat merasakan manfaat dari melek aksara, seperti yang diungkapkan ulfa disela-sela proses belajarnya “ Sekarang ini kami sudah bisa baca dan tulis walaupun cuma dasarnya saja, tapi setidaknya kami tidak bisa dibohongi lagi dengan tulisan”, kata Ulfa gembira, namun ulfa juga berharap program ini bisa membantu mereka tidak hanya untuk baca tulis saja namun sampai pada jenjang pengetahuan lainnya. (Ningsih Bonebula)
(Sumber : www.dwibonebula.blogspot.com)
1 komentar:
Great action!! Boleh join??
Posting Komentar
Komentar Anda